Cerita Sex Birahi Anak Bos |
Singkat cerita, Ayu semakin dekat denganku dan sering bercerita.
“Rico, cowok tuh maunya yang gimana sih. Ehm… kalo di ranjang maksud gue”
“Ric, kamu kalo lagi horny, sukanya ngapain?”
“Kamu suka terangsang enggak Ric, kalo liat cewek seksi?”
Yah seperti itulah pertanyaan Ayu kepadaku. Terus terang percakapan-percakapan kami diselang waktu kerja semakin intim dan seringkali sensual.
“Kamu pernah gituan nggak Yu?, tanyaku.
“Ehm.., kok mau tau?”, tanyanya lagi.
“Iya”, kataku.
“Yah, sering sih, namanya juga kebutuhan biologis”, jawabnya sambil tersipu malu.
Kaget juga aku mendengar jawabannya seperti itu. Nih anak, kok berani terus terang begitu. Pernah ketika waktu makan siang, ia kelepasan ngomong.
“Cewek Bali itu lebih gampang diajakin tidur daripada makan siang”, katanya sambil matanya menatap nakal.
“Kamu seneng seks?”, tanyaku.
“Seneng, tapi aku enggak pandai melayani cowok”, katanya.
“Kenapa begitu?”, tanyaku lagi.
“Iya, sampe sekarang pacarku nggak pernah ngajak kimpoi. Padahal aku sudah kepengen banget.”
“Kepengen apa?”, tanyanku.
“kimpoi”, katanya sambil tertawa.
Suatu ketika ia ke kantor dengan pakaian yang dadanya rendah sekali. Aku mencoba menggodanya,
“Wah Ayu kamu kok seksi sekali. Aku bisa lihat tuh bra kamu”.
Ia tersipu dan menjawab, “Suka enggak?”.
Aku tersenyum saja. Tapi sore harinya ketika ia masuk ruanganku, bajunya sudah dikancingkan dengan menggunakan bros. Rupanya dia malu juga. Aku tersenyum,
“Aku suka yang tadi.”
Suatu ketika, setelah makan siang Ayu mengeluh.
“Kayaknya cowokku itu selingkuh.”
“Kenapa?”, tanyaku.
“Habis udah hampir sebulan enggak ketemu”, katanya.
“Terus enggak.., itu?”, tanyaku.
“Apa?”
“Itu.. seks”, kataku.
“Yah enggak lah”, katanya.
“Kamu pernah onani enggak?”, tanyaku.
Dia kaget ketika aku tanya begitu, namun menjawab.
“Ehm… kamu juga suka onani?”
“Suka”, jawabku.
“Kamu?”, tanyaku.
“Sekali-sekali, kalo lagi horny”, jawabnya jujur namun sedikit malu.
Pembicaraan itu menyebabkan aku terangsang, Ayu juga terangsang kelihatannya. Soalnya pembicaraan selanjutnya semakin transparan.
“Ayu, kamu mau gituan enggak.”
“Kapan?”
“Sekarang.”
Dia tidak menjawab, namun menelan ludah. Aku berpendapat ini artinya dia juga mau. Well, setelah berbulan-bulan flirting, sepertinya kita bakalan just do it nih. Sore itu kami pun pergi berdua. Kubelokkan mobil ke arah motel yang memang dekat dengan kantorku.
“Ric, kamu beneran nih?”, tanyanya.
“Kamu mau enggak?”
“Aku belum pernah main sama cowok lain selain pacarku.”
“Terakhir main kapan?”
“Udah sebulan.”
“Trus enggak horny?”
“Ya onani.. lah”, jawabnya, semakin transparan.
Mukanya agak memerah, mungkin malu atau terangsang. Aku terus terang sudah terangsang. This is the point of no return. Aku sadar sih, ini bakalan complicated. But… nafsuin sih.
“Terus, kapan kamu terakhir dapet orgasme”
“Belum lama ini.”
“Gimana?”
“Ya sendirilah.. udah ah, jangan nanya yang gitu.”
“Berapa kali seminggu kamu onani?”, tanyaku mendesaknya.
“Udah ah… yah kalo horny, sesekali lah, enggak sering-sering amat. Lagian kan biasanya ada Ardi (cowoknya)”
Agen Game Slot
“Kamu enggak ngajak Ardi?”
“Udah.”
“Dan..?”
“Dia bilangnya lagi sibuk, enggak sempet. Main sama cewek lain kali. Biasanya dia enggak pernah nolak.”
Siapa sih yang akan menolak, bersenggama sama anak ini. Gila yah, si Ayu ini baru saja lulus kuliah, tapi soal seks sepertinya sudah terbiasa.
“Ric, enggak kebayang main sama orang lain.”
“Coba aja main sama aku, nanti kamu tau, kamu suka selingkuh atau enggak.”
“Caranya?”
“Kalo kamu enjoy dan bisa ngilangin perasaan bersalah, kamu udah OK buat main sama orang lain. Tapi kalo kamu enggak bisa ngilangin perasaan bersalah, maka udah jangan bikin lagi”, kataku.
“Kamu nanti enggak bakal pikir aku cewek nakal.”
“Enggaklah, seks itu normal kok. Makanya kita coba sekali ini. Rahasia kamu aman sama aku”, kataku setengah membujuk.
“Tapi aku enggak pintar lho, mainnya”, katanya.
Berarti sudah OK buat ngeseks nih anak. Mobilku sudah sampai di kamar motel. Aku keluar dan segera kututup pintu rolling door-nya. Kuajak dia masuk ke kamar. Tanpa ditanya, Ayu ternyata sudah terangsang dengan pembicaraan kami di mobil tadi. Dia menggandengku dan segera mengajakku rebahan di atas ranjang.
“Kamu sering main dengan cewek lain, selain pacar kamu, Ric?”
“Yah sering, kalo ketemu yang cocok.”
“Ajarin aku yah!”
Tanganku mulai menyentuh dadanya yang membusung. Aku tidak tahu ukurannya, tapi cukup besar. Tanganku terus menyentuhnya. Ia mengerang kecil,
“Shh.. geli Ric.”
Kucium bibirnya dan ia pun membalasnya. Tangannya mulai berani memegang batang kemaluanku yang menegang di balik celanaku.
“Besar juga…”, katanya dengan mata setengah terpejam.
“Ayo, Ric aku horny nih.”
Kusingkap perlahan kaos dalamnya, sampai kusentuh buah dadanya, branya kulepas, kusentuh-sentuh putingnya di balik kaosnya. Uh.. sudah mengeras. Kusingkap ke atas kaosnya dan kuciumi puting susunya yang menegang keras sekali, kuhisap dan kugigit pelan-pelan, Cerita Dewasa
“Aaahh… aahh… ahh, terus Ric… aduh geli… aahh… ah…”
Ayu yang masih muda ternyata vokal di atas ranjang. Terus kurangsang puting susunya, dan ia hampir setengah berteriak,
“Uuh… Ric… uh…”
Aku sengaja tidak mau main langsung. Kuciumi terus sampai ke perutnya yang rata, dan pusarnya kuciumi. Hampir lupa, tubuhnya wangi parfum, mungkin Kenzo atau Issey Miyake. Pada saat itu, celanaku sudah terbuka, Aku sudah telanjang, dan batang kemaluanku kupegang dan kukocok-kocok sendiri secara perlahan-lahan. Ah.. nikmat. Bibirnya mencari dan menciumi puting susuku.
“Enak… enak Ayu”, rangsangannya semakin meningkat.
“Aduuhh.. udah deh… enggak tahan nih”, ia menggelinjang dan membuka rok panjangnya sehingga tinggal celana dalamnya yang berwarna merah berenda.
Bibir dan lidahku semakin turun menjelajahi tubuhnya, sampai ke bagian liang kenikmatannya, bulu kemaluannya tidak terlalu lebat, dan bersih. Kusentuh perlahan, ternyata basah. Kuciumi liang kenikmatannya yang basah. Kujilati dan kusentuh dengan lidahku. liang kenikmatan Ayu semakin basah dan ia mengerang-erang tidak karuan.
Tangannya terangkat ke atas memegang kepalanya. Kupindahkan tangannya, dan yang kanan kuletakkan di atas buah dadanya. Biar ia menyentuh dirinya sendiri. Ia pun merespon dengan memelintir puting susunya. Kuhentikan kegiatanku menciumi liang kenikmatannya. Aku tidur di sampingnya dan mengocok batang kemaluanku perlahan. Dia menengokku dan tersenyum,
“Ric.. kamu merangsang aku.”
“Enak.. Hmm…”
Matanya terpejam, tangannya masih memelintir putingnya yang merah mengeras dan tangan yang satunya dia letakkan di atas liang kenikmatannya yang basah. Ia menyentuh dirinya sendiri sambil melihatku menyentuh diriku sendiri. Kami saling bermasturbasi sambil tidur berdampingan.
“Heh.. heh.. heh.. aduh enak, enak”, racaunya.
“Gile, Ric, gue udah kepengin nih.”
“Biar gini aja”, kataku.
Tiba-tiba dia berbalik dan menelungkup. Kepalanya di selangkanganku yang tidur telentang. Batang kemaluanku dihisapnya, uh enak banget. Nih cewek sih bukan pemula lagi. Hisapannya cukup baik. Tangannya yang satu masih tetap bermain di liang kenikmatannya. Sekarang tangannya itu ditindihnya dan kelihatan ia sudah memasukkan jarinya.
“Uh… uh… Ric, aku mau keluar nih, kita main enggak?”
Kuhentikan kegiatannya menghisap batang kemaluanku. Aku pun hampir klimaks dibuatnya.
“Duduk di wajahku!”, kataku.
“Enggak mau ah.”
“Ayo!”
Ia pun kemudian duduk dan menempatkan liang kenikmatannya tepat di wajahku. Lidah dan mulutku kembali memberikan kenikmatan baginya. Responnya mengejutkan,
“Aughhh…” setengah berteriak dan kedua tangannya meremas buah dadanya.
Kuhisap dan kujilati terus, semakin basah liang kenikmatannya. Tiba-tiba Ayu berteriak, keras sekali,
“Aahhh… ahhh…”, matanya terpejam dan pinggulnya bergerak-gerak di wajahku.
“Aku.. keluar”, katanya sambil terus menggoyangkan pinggulnya dan tubuhnya seperti tersentak-sentak.
Mungkin inilah orgasme wanita yang paling jelas kulihat. Dan tiba-tiba, keluar cairan membanjir dari liang kenikmatannya. Ini bisa kurasakan dengan jelas, karena mulutku masih menciumi dan menjilatinya.
“Aduh… Ric.. enak banget. Lemes deh”, ia terkulai menindihku.
“Enak?”, tanyaku.
“Enak banget, kamu pinter yah. Enggak pernah lho aku klimaks kayak tadi.”
Aku berbalik, membuka lebar kakinya dan memasukkan batang kemaluanku ke liang kenikmatannya yang basah. Ayu tersenyum, manis dan malu-malu. Kumasukkan, dan tidak terlalu sulit karena sudah sangat basah. Kugenjot perlahan-lahan. Matanya terpejam, menikmati sisa orgasmenya.
“Kamu pernah main sama berapa cowok, Ayu?”, tanyaku.
“Dua, sama kamu.”
“Kalo onani, sejak kapan?”
“Sejak di SMA.”
Pinggulnya sekarang mengikuti iramaku mengeluar-masukkan batang kemaluan di liang kenikmatannya.
“Ric, Ayu mau lagi nih.”
Uh cepat sekali ia terangsang. Dan setelah kurang lebih 3 menit, dia mempercepat gerakannya dan,
“Uhh… Ric.. Ayu keluar lagi…” Kembali dia tersentak-sentak, meski tidak sehebat tadi.
Aku pun tak kuat lagi menahan rangsangan, kucabut batang kemaluanku dan kusodorkan ke mulutnya. Ia mengulumnya dan mengocoknya dengan cepat. Dan “Ahhh…” klimaksku memuncratkan air mani di wajah dan sebagian masuk mulutnya. Tanpa disangka, ia terus melumat batang kemaluanku dan menjilat air maniku. Crazy juga nih anak.
Setelah itu aku berbaring dan berkata, “Ayu, kamu bercinta dengan baik sekali.”
“Kamu juga”, mulutnya tersenyum.
Kemudian ia berkata lagi, “Kamu enggak nganggap Ayu nakal kan Ric?”
Aku tersenyum dan menjawab, “Kamu enjoy enggak atau merasa bersalah sekarang.”
Dia ragu sebentar, dan kemudian menjawab singkat, “Enak..”
“Nah kalau begitu kamu emang nakal”, kataku menggodanya.
“Ihh… kok gitu..” Aku merangkulnya dan kami tertidur.
Baca Juga : Cerita Sex Dewasa Perkosa Siswi Kelas 1 SMA
Setelah terbangun, kami mandi dan berpakaian. Kemudian kembali ke kantor. Sampai sekarang kami kadang-kadang masih mampir ke motel. Aku sih santai saja, yang penting rahasia kami berdua tetap terjamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.