Kamis, 28 Desember 2017

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Hesti Si Janda Montok Di Dalam Bioskop

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Hesti Si Janda Montok Di Dalam Bioskop


Narasi Dewasa Ngentot Dengan Hesti Si Janda Montok Di Dalam Bioskop – Kesempatan ini saya juga akan bercerita Narasi Seks saat diriku ngentot dengan Hesti si janda montok saat nonton didalam bioskop. Ingin tahu lanjutan ceritanya? Segera saja yuk baca serta simak baik-baik narasi saat ini.

Satu sore saat saya jalan-jalan di sekitaran Pasar Ramayana ada seseorang wanita mendahuluiku jalan terburu-buru. Isengku muncul, sembari kususul kupanggil dia dari belakang.

“Da, Ida! ” Dia melihat ke belakang tersenyum serta memerhatikanku.
“Siapa ya? ” tanyanya.
“Maaf, maaf kukira rekanku, ” sahutku,
“Kebetulan dia bernama Ida”. “Mau ke mana sich? ” tanyaku sembari kuulurkan tangan mengajak berteman.
“Saya Anto”. “Hesti” jawabnya sembari menyongsong tanganku.
“Sebenarnya saya ingin nonton di Ramayana Theatre, tapi telah terlambat lagipula filmya tidak bagus”, sambungnya sekali lagi.

“Sekarang ingin kemana lagi” pancingku. “Nggak ada, ingin pulang aja” jawabnya. “Jalan yuk ke Sukasari”. “Mau ngapain? ” “Jalan saja, bila ada film bagus kita nonton disana aja”. “Ayolah, kebetulan saya juga tidak ada acara, dari pada bengong di rumah”.

Sembari bercakap pada akhirnya kuketahui kalau Hesti bekerja di satu showroom mobil di Jakarta. Ia janda cerai beranak satu. Telah dua th. ia menjanda. Umurnya lima th. di atasku. Tinggal di daerah Warung Jambu, kost dengan sebagian rekannya.

Perawakannya tengah, tinggi 160 cm dengan tubuh yang agak kurus serta dada kecil. Berwajah lumayan, bila dinilai bisa angka tujuh. Kacamata minus satu nongkrong di hidungnya.

Hingga di Sukasari Theatre nyatanya film telah diputar 1/2 jam.

“Sekarang bagaimana? ” tanyaku.
“Terserah anda saja”. Kuajak dia jalan mutar-mutar di Matahari bebrapa saksikan baju serta kosmetik.

Pada akhirnya dia ngajak minum jamu di kedai dekat jalan. Mendadak saja dia menggandeng lenganku jalan ke kedai jamu itu.

“Mau minum sari rapet? ” godaku.
“Nggak ah, saya umumnya minum sehat wanita saja”. Pada akhirnya dia pesan jamu sehat wanita serta saya minum sehat lelaki.

Sesudah minum jamu sekedar duduk sebentar disana serta kami kembali pada Sukasari Theatre. Tidak berapakah lama loket buka.

“Jadi nonton? ” tanyaku, “Tentu saja jadi, buat apa nunggu lama-lama disini? ”. Saya ke loket beli ticket.

Serta kembali duduk di sebelahnya di lobby. Situasi terlihat sepi, cuma ada sebagian orang saja yang sekedar duduk di lobby. Sukasari Theatre memanglah bukan bioskop favorite di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang baru di buka.

Pada akhirnya kami masuk kedalam bioskop, lalu film mulai diputar. Sebagian lama lalu tangannya menyelinap ke lenganku. Saya diam saja. Hesti janda makin merapat. Saya berpaling serta memandang berwajah. Ia tersenyum serta buka mulutnya sedikit. Terlihat giginya yang berderet rapi. Ia menyorongkan mukanya ke arahku serta mencium pipiku. Saya sedikit kaget atas perbuatannya. Saya melepas tangannya dari lengan kiriku, lantas kulingkarkan ke bahu kirinya.

Muka kami berdekatan. Kutatap sekali lagi berwajah serta perlahan muka kami sama-sama mendekat. Matanya agak terpejam serta mulutnya terbuka. Kukecup bibirnya perlahan serta lama-lama jadi ciuman yang dalam. Kacamatanya menghambat aksiku, kuminta dia melepas kacamatanya. Kuremas dada samping kirinya dari luar baju dengan tangan kiriku. Ia menampik serta menepiskan tanganku, namun dilewatkan tanganku memeluk bahunya.

Praktis kami tidak konsentrasi sekali lagi ke narasi film yang tengah diputar. Selama pemutaran film itu kami sama-sama merapat serta berciuman. Terkadang lidah kami sama-sama menekan kedalam rongga mulut, bertukaran terkadang lidahnya menggelitik rongga mulutku, terkadang lidahku yang masuk kedalam mulutnya. Ia mendesah menahan dorongan nafsunya yang tertahan demikian lama. Film habis, kami keluar serta jalan mencari angkutan.

“Kalau telah malam begini dari sini sulit mencari angkutan ke rumahku ” tuturnya.
“Jadi bagaimana? ”
“Kita cobalah saja ke Ramayana, kelak disambung lagi”. Pada akhirnya kami bisa angkutan, namun cuma hingga Pajajaran saja.

Kami turun dimuka pintu Kebun Raya yang di Pajajaran. Kami menungu sekali lagi di situ.

“Jam segini tidak ada sekali lagi angkutan ke Warung Jambu kali ya? ” tanyaku.
“Kelihatannya sich tidak ada sekali lagi. Kita mencari penginapan saja yuk, saya sempat nginap beberapa ramai dengan rekan-rekan di satu penginapan. Agak murah, tapi saya lupa tempatnya”.

Sepintas terpikir olehku Wisma T dekat Pasar Kebon Kembang. “Benar nih ingin nginap? Saya ketahui ada penginapan yang bersih serta murah”. Sesudah lima belas menit menanti ada mobil omprengan plat hitam berhenti dimuka kami.

“Kemana Pak? Mari saya antar” bertanya sopir sembari buka kaca jendelanya. Kami naik serta minta diantar ke Wisma T.

Hingga disana nyatanya cuma ada kamar standard double bed. Sesudah merampungkan bill, kami berdua masuk ke kamar. Didalam kamar kami rapatkan dua bed yang ada. Karna agak gerah kubuka kausku. Hesti janda cuma melihat serta tersenyum saja. Kami berbaring berdampingan di bed semasing.

“Boss-nya yang miliki showroom orang mana sich? ”
“Keturunan Arab” Jawabnya.
“Asyik dong tentu gede miliki barangnya. Anda seringkali di ajak sama boss dong “.
“Nggak sempat kok”. Tak tahu dia berbohong atau benar.
“Terus bila mendadak kepengen bagaimana? ” Hesti cuma diam saja. Hesti bangun serta kulihat dia buka celana panjangnya. “Eh ngapain di buka? ” kataku terperanjat.

Hesti cuma tersenyum saja. Nyatanya dia kenakan celana pendek enjoy hanya lutut di dalamnya. Kembali Hesti berbaring di bednya. Karna ke-2 bed berniat kami susun berhimpitan, tanganku dapat mencapai badannya serta kurengkuh mendekat badanku.

Kembali kami berciuman. Awal mula cuma kukecup bibirnya saja dengan lembut. Hesti janda membalas lembut serta lama kelamaan mulai jadi liar. Tangannya memainkan bulu dadaku.

Sebagian menit kami sama-sama berciuman dengan dengus napas yang berat. Kutindih dia sembari berciuman. Meriamku dibawah mulai bangkit. Hesti merapatkan selangkangannya pada selangkanganku. Mulutku turun ke atas dadanya serta kucoba buka kancing blouse nya dengan bibirku serta gigiku.

“Sebentar, saya buka dahulu bajuku ya, ” Tuturnya sembari buka kancing pakaiannya satu persatu.
“Jangan, tidak usah dibuka” kataku sembari menahan tangannya.
“Nggak apa-apa kok. Anda ingin kan”. Tuturnya mendesah.
Agen Tangkas Terpercaya

Ia selalu buka baju serta celana pendeknya. Lalu tangannya buka ikat pinggangku serta pada akhirnya menarik resleting serta lalu dengan perlahan-lahan ia menarik celanaku ke bawah. Saat ini kami cuma kenakan pakaian dalam saja.

“Kamu seringkali mengajak wanita untuk begini ya? ” tanyanya.
“Ah tidak, saya belum juga sempat kok terkait dengan wanita” kataku berbohong. Saya memanglah beberapa kali sudah terkait dengan wanita.

“Nggak yakin, nampaknya anda lihai sekali dalam bercumbu tadi”.
“Kalau hanya ciuman memang sich, tapi untuk lebih jauh sekali lagi belum juga sempat. Paling cuma nonton film serta baca narasi saja”

“Jadi anda masih tetap perjaka? ” ia memberikan keyakinan sekali lagi.
“Emangnya mengapa? ”
“Eehhngng.. ” Ia mendesah saat lehernya kujilati.

Hesti janda menindihku serta tangannya kebelakang punggungnya buka pengait bra-nya. Saat ini terbukalah dadanya dihadapanku. Buah dadanya tidak besar, cuma cocok setangkupan jariku. Merasa telah agak kendor. Hesti mendorong lidahnya masuk jauh kedalam rongga mulutku. Lidahnya liar memainkan lidahku.

Saya cuma pasif saja, kadang-kadang membalas mendorong lidahnya. Tanganku memilin puting dan meremas payudaranya. Hesti menggeserkan badannya ke sisi atas badanku hingga payudaranya cocok dimuka mulutku. Selekasnya kuterkam payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap perlahan serta kugigit kecil.

“Aaacchh, lanjutkan Anto.. Lanjutkan”. Ia mulai mengerang serta meracau, punggungnya melengkung ke belakang.

Meriamku makin keras. Hesti makin merapatkan selangkangannya pada selangkanganku, hingga terkadang merasa agak sakit bila dia sangat keras menindihku. Puting serta payudaranya makin kencang serta keras.

Kukulum payudaranya hingga semua masuk kedalam mulutku, sembari putingnya selalu kumainkan dengan lidahku. Dadanya tampak memerah serta jadi lebih gelap di banding sisi badan yang lain tandanya nafsunya mulai terbakar. Napasnya tersengal-sengal.



Tangan Hesti janda bergerak ke bawah menyelusup dibalik celana dalamku, meremas, mengocok serta menggoyang-goyangkan senjataku. Pada akhirnya dia menarik celana dalamku hingga ke lutut serta dengan pertolongan jari kakinya ia melepaskannya ke bawah. Saat ini saya dalam kondisi telanjang bulat.

Hesti menggeserkan mulutnya ke arah bawah, menjilati leher serta menggigit kecil daun telingaku. Hembusan napasnya merasa kuat menimpa badanku. Dia mulai menjilati putingku. Saya terangsang hebat sekali hingga mesti menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menahan rangsangan ini.

Kupeluk pinggangnya erat-erat. Tangannya lalu buka celana dalamnya sendiri. Saat ini tangan kiriku leluasa bermain diantara selangkangannya. Rambut kemaluannya tidak demikian lebat serta pendek-pendek. Dengan jari telunjuk serta jari manis kubuka labia mayora serta labia minoranya.

Jari tengahku menghimpit sisi atas organ kewanitaannya serta menyeka sisi yang menonjol seperti kacang tanah. Tiap-tiap saya menyeka kelentitnya Hesti menggigit kuat dadaku serta mengerang tertahan.

“Aaauhh.. Ngngnggnghhk”

Mulutnya bergerak makin ke bawah, bermain-main dengan bulu dada serta perutku, selalu makin ke bawah, menjilati sisi dalam lutut serta pahaku. Sendi-sendi kakiku merasa ingin terlepas. Tangannya masih tetap bermain-main di kejantananku. Saat ini mulutnya mulai menjilati kantung penisku. Tanganku meremas-remas rambutnya untuk menyeimbanginya.

Saya fikir dia ingin meng-oral, namun nyatanya tidak, dia cuma hingga pada kantung penis saja. Saya cuma menanti serta menyeimbangi pergerakannya saja, seakan-akan saya belum juga sempat lakukan hal semacam ini. Kembali Hesti janda bergerak ke atas, tangan kirinya memegang serta menyeka kejantananku yang sudah berdiri mengeras.

Ia dalam tempat jongkok diatas selangkanganku. Perlahan-lahan tempat ia turunkan pantatnya sembari memutar-mutarkannya. Agak sulit dia nampaknya berupaya memasukkan kejantananku ke liang vaginanya. Mungkin saja benar juga sesudah menjanda dia tidak sempat rasakan sekali lagi enaknya terkait tubuh.

Penisku memanglah semakin besar dibagian ujung dari pada pangkalnya. Kepala kejantananku dijepit dengan ke-2 jarinya, digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Merasa hangat serta lembab, lama-lama seperti berair. Dia coba sekali lagi untuk memasukkan kejantananku. Kesempatan ini.. Blleessh.. Usahanya berhasil. “Ouhh.. Hesti ouhh” saat ini saya yang 1/2 berteriak.

Hesti bergerak naik turun dalam tempat 1/2 jongkok. Awal mula perlahan dia menggerakkannya, karna memanglah merasa masih tetap agak kesat serta kering. Saya menyeimbanginya dengan memutar pinggulku serta meremas payudaranya.

Kepalanya mendongak ke atas serta bergerak ke kanan kiri. Ke-2 tangannya bertumpu pada pahaku. Saat lendirnya telah membasahi organnya Hesti percepat pergerakannya, terkadang dibuatnya tinggal kepala penisku saja yang menyentuh mulut vaginanya. Hesti hentikan pergerakannya, merebahkan badannya di atasku serta saat ini merasa otot vaginanya meremas penisku.

Merasa sangat nikmat. Saya menyeimbanginya, saat dia relaksasi saya yang mengencangkan otot perutku seakan-akan menahan kencing. Sekian bertukaran kami sama-sama meremas dengan otot kemaluan kami. Sebagian waktu kami dalam tempat itu tanpa ada menggerakkan badan, cuma otot kemaluan saja yang bekerja sembari sama-sama berciuman serta memagut badan kami. “Anto, .. Sangat nikmat.. Ooouuhh” desisnya sembari menciumi leherku.

Hesti janda berguling ke samping, saat ini dalam tempat menyamping saya yang bergerak maju mundur menyodokkan kejantananku kedalam vaginanya. Dalam tempat ini pergerakanku jadi kurang nyaman serta kurang bebas. Kugulingkan sekali lagi badannya, saat ini saya yang ada diatas.

Kuatur pergerakanku dengan ritme perlahan tetapi dalam hingga kurasakan kepala penisku menyentuh mulut rahimnya. Kuangkat penisku hingga keluar dari vaginanya serta kumasukkan sekali lagi dengan perlahan, sekian berkali-kali. Saat penisku menyentuh rahimnya Hesti mengangkat pantatnya hingga badan kami merapat.

“Lebih cepat sekali lagi, oohh.. Saya ingin keluar aacchhkk.. ” Hesti memeluk punggungku lebih erat. Betisnya membelit pinggangku, matanya 1/2 terpejam, kepalanya terangkat hingga seakan-akan badannya menggantung di badanku.

Kuubah ritmeku, kugerakkan dengan perlahan tetapi cuma ujung penisku saja yang masuk sekian kali lalu sekali kutusukkan secara cepat hingga semua batang tenggelam. Matanya makin sayu serta pergerakannya makin liar. Saya mendadak hentikan pergerakanku. Payudaranya samping kuremas serta samping sekali lagi kukulum dalam-dalam. Badan Hesti janda bergetar seperti menangis.

“Ayo janganlah berhenti, lanjutkan.. Lanjutkan lagi” pintanya.

Saya tahu wanita ini nyaris menjangkau puncaknya. Kugerakkan sekali lagi badanku. Kesempatan ini dengan ritme yang cepat serta dalam. Makin lama makin cepat. Terdengar bunyi seperti kaki diangkat dari dalam lumpur saat penisku kunaikturunkan secara cepat.

“Ayolah Anto, saya ingin hingga “. Pergerakan pantatku makin cepat serta akhirnya
“Sekarang.. Anto.. Saat ini.. Yeeah!! ”

Kurasakan badannya menegang, vaginanya berdenyut secara cepat, napasnya tersengal serta tangannya meremas rambutku. Kukencangkan otot perutku serta kutahan, merasa ada aliran lahar yang ingin meledak.

Saya berhenti sesaat dalam tempat kepala penis saja yang masuk dalam vaginanya, lalu kuhempaskan dalam-dalam. Serr.. Seerr sekian kali laharku muncrat didalam vaginanya. Hesti akan berteriak untuk menyalurkan rasa kepuasannya, tetapi sebelumnya keluar suaranya kusumbat mulutnya dengan bibirku.

“MMmmhh.. Achh” pantatnya diangkat menyongsong hunjamanku serta badannya bergetar, pelukan tangan serta jepitan kakinya makin erat hingga saya terasa kesusahan bernafas, denyutan didalam vaginanya merasa kuat sekali meremas kejantananku.

Sesudah satu menit denyutannya masih tetap merasa hingga penisku merasa ngilu. Saat penisku ingin kucabut dia menahan badanku.

“Jangan dicabut dahulu, biarlah saja didalam. Ouhh anda hebat sekali Anto. Terima kasih anda sudah memuaskanku” Hesti mengecup bibirku.

Kubiarkan dia memelukku hingga penisku mengecil serta pada akhirnya keluar sendiri dari vaginanya. Malam itu kurun waktu lebih kurang tujuh jam kami bertempur hingga enam ronde. Paginya dia memelukku serta berkata,

“Aku ingin sekali lagi di beda hari”.
“Ah anda nakal, perjakaku anda ambil”.
“Kamu yang nakal, anda yang mulai”. Kupeluk dia serta kuangkat ke kamar mandi untuk mandi serta bersihkan diri..

Baca Juga : Cerita Dewasa Anakku Jadi Pemuas Nafsuku Waktu Tengah Ditinggal Suami

Pada akhirnya kuantar dia pulang serta saya berjanji untuk datang sekali lagi ke tempat tinggalnya. Nyatanya dia tinggal serumah dengan sebagian beberapa rekannya. Semua wanita, beberapa janda serta beberapa sekali lagi masih tetap gadis. Mereka semasing miliki pekerjaan tetaplah. ohh enaknya ngentot janda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.