Narasi Dewasa Ngentot Dengan Anak Tiriku DiTempat Pemandian Air Panas – Kesempatan ini saya juga akan bercerita Narasi Seks saat diriku ngentot dengan anak tiriku didalam tempat pemandian air panas. Ingin tahu lanjutan ceritanya? Segera saja yuk baca serta simak baik-baik narasi saat ini.
Pagi itu tanpa ada berniat pandanganku tertumbuk ke satu flashdisk berwarna merah yang tergeletak di dekat pintu depan. Iseng kuambil dengan percaya kalau flashdisk itu bukanlah punya suamiku, karna flashdisk miliki suamiku senantiasa yang berwarna hitam.
Lantas miliki siapa flashdisk ini? Apa berisi?
Rasa penasaran menyebar. Lantas kubawa flashdisk itu kedalam kamarku. Kuaktifkan laptopku sembari memasukkan flasdisk itu ke USB.
Nyatanya flashdisk itu miliki Tito, anak tiriku yang saat ini tengah sekolah. Semula kusangka flashdisk itu diisi beberapa hal yang ada sangkut pautnya dengan ujian, karna ia telah duduk di bangku kelas 3 SMA. Nyatanya bukanlah. Berisi sebagian video dewasa! Aaah, apakah Tito telah layak menaruh video-video sepanas ini? Tidakkah usianya baru 17 th.? Haruskah kutegur serta kunasihati dia supaya tidak menaruh beberapa hal yang belum juga saatnya di ketahui? Atau mungkin kusembunyikan saja flashdisk ini atau kubuang sekalian kedalam got?
Mendadak perhatianku tertuju ke folder yang berjudul “Mami”. Apa berisi? Tidakkah saya yang umum di panggil mami olehnya? Apakah folder itu diisi suatu hal yang menyangkut diriku?
Dengan penasaran kubuka folder itu. Nyatanya berisi tulisan tentang diriku! Jujur, saya berdebar-debar membacanya :
Mulai sejak ibu kandungku tidak ada, Mami ada dalam kehidupan Papi. Saat Papi menikah dengan Mami, umurku baru 7 th.. Saya beberapa suka saja miliki ibu tiri yang perlu kupanggil Mami itu. Terutama sesudah bertahun-tahun ia jadi pengganti ibuku, saya terasa betul-betul memperoleh pengganti ibu kandungku, yang menyayangi diriku, yang senantiasa memperlakukanku dengan lemah-lembut dsb.
Setahuku, pada saat Mami resmi jadi istri Papi, usianya baru 20 th.. Sedang Papi telah 40 th.. Ketidaksamaan umur yang begitu jauh. Tapi nampaknya mereka enjoy-enjoy saja. Dalam hal tersebut saya salut juga pada Papi, karna beliau dapat memperoleh seseorang gadis yang masih tetap belia untuk jadikan istrinya.
Saat saya masih tetap kecil, sosok Mami tidak sempat kuperhatikan dengan spesial. Saya hanya tahu kalau ia seseorang ibu tiri yang baik, yang memperlakukanku seperti anak kandungnya sendiri.
Tapi sesudah saya di SMA, diam-diam saya mulai seringkali memerhatikan ibu tiriku itu. Kalau ia seseorang wanita muda yang cantik, bertubuh tinggi semampai, berkulit putih bersih (untuk ukuran orang Indonesia).
Panjang lebar ia memujiku dalam tulisan itu. Tapi yang membuatku terlongong, saat kubaca kalimat di bawah ini :
Pagi itu saya ingin minta uang pada Mami, untuk kepentingan sekolah. Memanglah Papi telah menyuruhku supaya semua keperluanku mesti memohon pada Mami, agar hatinya enak, tuturnya.
Papi telah pergi kerja. Mami masih tetap di kamarnya. Seperti umum, kubuka saja pintu kamar Mami, lantas masuk kedalam. Tapi apa yang kulihat? Ooooh…aku betul-betul di buat terperanjat lantas terpana…karena Mami masih tetap tidur terlentang ditempat tidurnya, dengan kimono terbuka lebar…. hingga sepasang kakinya yang putih mulus itu tidak tertutup apa-apa. Terlihat terang dari telapak kaki hingga ke pangkal pahanya. Tapi yang teramat mendebarkan yaitu sisi diantara ke-2 pangkal pahanya itu…oooh…Mami tidur tanpa ada kenakan celana dalam!?!?!!
Jadi sisi yang berbulu lebat hitam itu terlihat terang di mataku!
Saya tidak tahu apakah Mami punya kebiasaan tidur tanpa ada celana dalam atau larut malam dia buang air serta malas kenakan kembali celana dalamnya, entahlah. Yang pasti saya jadi gemetaran serta cepat-cepat keluar sekali lagi dari kamar Mami, dengan perasaan yang tidak menentu.
Gilanya…setelah ada didalam kamarku sekali lagi, jiwaku jadi dikuasai keinginan yang tidak terkendalikan. Penisku ngaceng berat…membayangkan indahnya bila saya dapat menyentuh serta menekuni sisi badan diantara ke-2 pangkal paha Mami yang terlihat begitu merangsang itu. Ooooh…kenapa saya jadi begini?
Banyak sekali lagi yang ia catat di catatan rahasia ini. Kesimpulannya, ia jadi seringkali memikirkan diriku. Bahkan juga disuatu malam ia sempat punya mimpi didekati olehku dalam kondisi keduanya sama telanjang. Lantas ia lakukan suatu hal yang seringkali dibayangkannya. Serta esoknya ia merasakan celananya basah, karena mimpi itu.
Di catatan itu juga ia mengaku kalau bila lamunan mengenai diriku tidak terkuasai sekali lagi, ia lakukan masturbasi, sembari memikirkan tengah menekuni badanku! Bahkan juga ia sempat lakukan masturbasi berulang-kali dalam semalam, untuk meredakan khayalannya mengenai diriku.
Semua itu membuatku jadi serba salah. Semula saya juga akan menyapa Tito, karna kutemukan video porno didalam flashdisknya itu. Tapi tulisan di flashdisk itu, yang diisi kekagumannya pada diriku, membuatku jadi kikuk. Jadi kuambil ketentuan untuk menempatkan kembali flashdisk itu di tempatnya awal mulanya, lantas saya juga akan berlaku pura-pura tidak paham saja.
Tetapi di hari-hari selanjutnya, saya mulai seringkali memerhatikan Tito dengan diam-diam. Mulai pikirkan apa yang tengah berlangsung pada dianya.
Serta gilanya, saya mulai memikirkan serunya bila badanku digeluti oleh anak muda yang anak tiriku sendiri itu. Maklum, saya baru berumur 30 th., sesaat suamiku telah 50 th.. Kadang-kadang memanglah saya sukai memikirkan sosok muda yang perkasa, yg tidak loyo seperti suamiku. Tapi benar-benar, semula saya tidak sempat memikirkan sosok muda itu anak tiriku sendiri. Terlebih semuda Tito yang baru 17 th..
Bang Martin (suamiku) tidak impoten. Tapi yah…. potensi lelaki yang usianya telah 1/2 era, pasti lain dengan yang masih tetap muda. Setiap saat terkait seks dengan suamiku, saya senantiasa tidak senang. Tapi saya tidak sempat menggerutu maupun memerlihatkan sikap tidak senang. Karna tenggang rasaku cukup kuat. Karna di bagian beda, saya memiliki kenikmatan duniawi darinya. Apapun yang kuinginkan, senantiasa dipenuhi. Bahkan juga kehidupan orang tuaku di kampung, begitu di perhatikan oleh suamiku. Tempat tinggal baru dibangunkan. Perabotan serba mahal dibelikan. Hingga derajat orang tuaku jadi bertambah sesudah saya menikah dengan Bang Martin.
Kehidupanku sendiri tidak sempat kekurangan. Rumahku cukup megah, di daerah perumahan paling elit di kotaku. Mobil untuk kepentingan pribadiku telah dibelikan. Perhiasan yang mahal-mahal juga telah jadi milikku. Jadi tidak ada argumen bagiku tidak untuk terasa senang jadi istri Bang Martin.
Tapi mengapa mulai sejak membaca file dari flashdisk Tito, fikiranku jadi seringkali melayang tidak menentu? Mengapa saya jadi seringkali memerhatikan gerak-gerik Tito dengan diam-diam?
Hari untuk hari berlalu dengan pesatnya. Tanpa ada merasa satu bulan sudah berlalu. Serta peluang yang diam-diam kutunggu juga tiba.
Bang Martin terbang ke Kalimantan timur, untuk mengurusi bisnisnya. Umumnya dia dapat lebih dari satu bulan ada di Kalimantan timur. Kesempatan ini juga gagasannya 40 hari dia juga akan ada disana.
Rasa-rasanya saya tidak sabar sekali lagi menanti peluang ini.
Lantas kuputar otakku. Kuputar hingga sore…sampai Tito terlihat telah pulang dari sekolahnya.
Saya juga keluar dari kamarku. Hampiri pintu kamar Tito. Semula saya hanya ingin mengajak makan diluar kepadanya. Tapi saat kubuka pintu kamarnya, o my God…dia baru melepaskan semua seragam sekolahnya, ingin ganti dengan baju rumah…dan…aku betul-betul terperanjat saat lihat sisi badan anak tiriku yang dibawah perutnya itu. Mungkinkah abg berumur 17 th. dapat mempunyai penis selama serta sebesar itu? Tambah lebih “tinggi tegap” dari pada miliki ayahnya! Tapi cepat saya ingat narasi suamiku, kalau mendiang ibu kandung Tito itu wanita Pakistan. Mungkin saja anatomi Tito banyak menuruni garis ibunya. Sesaat suamiku asli Indonesia, jadi penisnya juga bebrapa umum saja.
“Kita makan diluar saja yuk, ” kataku pada Tito yang terlihat kaget serta cepat-cepat menutupi kemaluannya dengan ke-2 tangannya.
“I…iya Mam…” sahutnya tergagap. Serta saya berlaku seakan tidak lihat suatu hal yang aneh.
Sebagian waktu lalu saya serta anak tiriku telah ada didalam mobil yang melesat ke arah utara. Berniat kubiarkan Tito yang nyetir mobilku. Karna saat ini ia telah miliki SIM. Serta langkah nyetirnya telah cukup halus.
“Papi ngasih uang tidak? ” tanyaku saat sedanku telah ada di Jalan Setiabudhi.
“Enggak Mam, ” sahut Tito, “Papi katakan bila ada keperluan minta sama Mami saja. ”
“Iya, ” saya mengangguk-angguk kecil. Sesaat ingatanku melayang-layang pada yang kulihat sepintas barusan. Sebentuk penis remaja yang terkulai lemas tapi panjang serta gede banget. Tidak kebayang seperti apa bila penis anak tiriku itu telah tegang…. hmmm…gila, diam-diam saya jadi horny nih.
Tito membelokkan mobil ke pekarangan restoran langgananku. “Di sini kan makannya Mam? ” tanyanya sebelumnya mematikan mesin mobilku.
“Iya. Anda juga telah lapar kan? ”
“Hehee…. iya Mam. Kan pulang sekolah barusan belum juga makan. ”
Lantas kami mengambil langkah masuk restoran itu.
Ketika menanti makanan pesanan datang, saya tatap muka Tito. Memang tampan muka anak tiriku itu. Maklum darah kombinasi dengan Pakistan. Badannya tinggi semampai, hidungnya mancung, matanya bundar serta kulitnya sawo masak.
“Udah lama tidak ke Ciater, ” kataku, “Nanti pulangnya kesana yuk. ”
“Iya Mam, ” Tito mengangguk dengan senyum ceria, “Aku paling seneng berendem di Ciater. ”
“Tapi ini telah sore…pulangnya tentu malem kelak. ”
“Di Ciater kan ramai selalu duapuluhempat jam Mam. Semakin malam semakin ramai, sampai subuh masih tetap saja beberapa orang yang datang. Tapi…. ”
“…Kenapa? ”
“Kita tidak bawa handuk serta sabun Mam. ”
“Beli saja disini. Kan di samping restoran ini ada minimart tuh…”
“Oh, iya…iya Mam. Saat ini saja belinya Mam, sembari nunggu pesanan kita datang. ”
“Iya, ” saya mengangguk sembari keluarkan ATMku, “Pake debet saja. Beli handuk dua, sabun cair serta shampoo yang umum mami gunakan ya. Nomor pinnya 3050. ”
“Iya Mam. ”
“Ohya, sekalian beli buat camilan juga To. ”
“Iya, ” Tito berdiri serta bergegas keluar dari restoran.
Diam-diam kubuka tas kecilku. Kuambil sebutir pil kontrasepsi serta kutelan, didorong oleh air teh yang telah terhidang di mejaku.
1/2 jam lalu kami telah meninggalkan restoran itu. Serta bergerak menuju Lembang, lalu menuju pemandian air panas mineral Ciater. Udara telah gelap saat kami tiba di Ciater. Saat pintu mobil kubuka, hiii…. udara dingin menyerbu kedalam mobilku. Dingin sekali.
“Mami bawa baju renang? ” bertanya Tito sesudah mematikan mesin mobil serta keluarkan kantong plastik diisi perlengkapan mandi yang dibeli barusan.
“Nggak, ” sahutku, “Berendam di kamar mandi saja. ”
“Iya, Mam. Di kamar mandi tambah lebih bersih, karna tidak nyampur sama beberapa orang. ”
“Tapi rekanin mami kelak ya. Takut mandi sendirian telah gelap gini. ”
Tito menatapku sebentar, lantas mengangguk serta menunduk. Tak tahu apa yang tengah dipikirkannya. Tapi saya percaya dia takkan menganggap kalau semua ini telah kurencanakan mulai sejak dirumah barusan.
“Kamar mandinya ingin gunakan dua apa satu saja Mam? ” bertanya Tito saat ingin beli ticket kamar mandi.
“Satu saja, ” sahutku, “Kan anda mesti nemanin mami…”
Saat menuju ke jejeran kamar mandi, kulihat di kolam renang banyak yang tengah berendam air panas. Tapi tidak sejumlah di hari-hari weekend. Dengan sendirinya kamar mandi juga banyak yang kosong.
Saya serta Tito masuk kedalam kamar mandi yang tampak paling bersih. Tito segera mengalirkan air panas ke bak mandi yang cukup lebar serta dalam itu, sesaat saya keluarkan perlengkapan mandi dari kantong plastik.
Kutanggalkan celana panjang serta baju kausku, hingga tinggal celana dalam serta beha yang masih tetap menempel di badanku. Lantas duduk di bibir bak yang telah terisi air panas mineral nyaris setengahnya.
“Lho…kamu ingin berendam dengan baju lengkap gitu? Buka dong semua, ” kataku pada Tito yang terlihat salah tingkah, mungkin saja karna lihat diriku yang tinggal kenakan beha serta CD doang.
“I…iya Mam…” sahutnya tergagap sembari melepaskan celana jeans serta baju kausnya, lalu menggantungkannya di kapstok, berdampingan dengan bajuku.
Ketika yang sama saya juga melepaskan beha serta celana dalamku, lalu masuk kedalam bak, duduk sembari melonjorkan kakiku.
“Ayo masuk sini…buka dahulu celana dalamnya, agar janganlah kebasahan, ” kataku.
Tito melihat serta terlihat kaget saat melihatku telah bertelanjang bulat. Lantas terlihat sangsi saat ingin melepaskan celana dalamnya.
“Ayolah…. cepetan buka celananya, ” kataku sekali lagi, “Di dalam kamar mandi kan tidak bisa lama-lama, karna uap belerangnya dapat buat sesak napas. ”
“I…iya Mam, ” Tito membelakangiku sembari turunkan celana dalamnya. Lalu mengambil langkah ke arah bak sembari menutupi kemaluannya dengan ke-2 tangannya. Serta saya pura-pura tidak memerhatikannya.
Lantas ia duduk bertumpu ke dinding di sampingku. Genangan air panas telah menjangkau dadaku. Tapi beningnya air buat sekujur badanku terlihat terang. Termasuk juga kemaluanku yang berbulu lebat ini (karna suamiku melarang mencukurnya).
Tapi Tito tetaplah menutupi penisnya dengan ke-2 tangannya. Serta kelihatannya tidak berani melihat ke arah kemaluanku.
“Kalau telah rendaman disini enak ya…badan kita seperti setelah dipijitin, ” kataku sembari mencapai sabun cair dari bibir bak. Lantas kuelus-eluskan ke sekujur badanku, hingga air panas ini mulai dipenuhi busa sabun.
“Iya Mam…” sahut Tito nyaris tidak terdengar.
Untuk mengusir kecanggungan Tito, saya duduk membelakangi Tito sembari berkata, “Sabuni punggung mami, To. ”
“Iya Mam…” nada anak tiriku semakin tersendat, seperti tengah menahan napas. Lantas kurasakan telapak tangannya mengeluskan sabun cair ke punggungku. Kubiarkan agak lama ia menyabuni punggungku.
“Punggung Mami mulus tidak To? ” tanyaku pada satu waktu.
“Mu…mu…mulus sekali, Mam…” sahutnya tersendat-sendat.
Kuambil gayung plastik serta kusirami punggungku dengan air panas. Lantas saya berdiri, tetaplah membelakangi Tito. “Paha serta kakinya juga To. Kelak gantian…setelah mami, kelak giliran anda yang juga akan mami sabuni, ” kataku.
Tito tetaplah duduk sembari lakukan perintahku. Mulai menyabuni paha sisi belakangku. Walau gemetaran tangannya merasa enak menggosokikan sabun dari lipatan lutut hingga pangkal pahaku.
Berniat kurenggangkansepasang pahaku, supaya ia dapat leluasa melihat sisi yang diantara ke-2 pangkal pahaku.
“Jangan bebrapa sangsi gitu To…sabuni semuanya yang dapat anda sabuni, ” kataku.
“Ya…ya…ya Mam…. ” sahutnya dengan nada napas yang tersengal-sengal.
Saat ini tangan kirinya merasa memegang paha kiriku, sesaat tangan kanannya mulai menyabuni selangkanganku, sesaat bunyi napasnya makin terengah-engah, seperti orang yang habis lari marathon.
Serta saya menginginkan lihat ekspresi berwajah sekarang ini. Lantas saya membalik…menghadap ke arah Tito yang terlihat kaget, terbelalak melihat kemaluanku yang saat ini pas ada dimuka matanya.
“Sabuni ininya juga, To…” kataku sembari menunjuk ke arah kemaluanku.
Dengan takut-takut Tito menyabuni kemaluanku. Serta tahukah dia kalau mulai sejak barusan mataku tertuju ke arah penisnya yang dahsyat itu?
Kucurahkan sabun cair ke telapak tanganku, lantas kueluskan ke penis Tito yang panjang gede ini. Dia agak terperanjat. Tapi lantas terdiam salah tingkah saat saya mulai menyabuni batang kemaluannya, sudah pasti lewat cara yang terarah…seperti tengah mengocoknya.
“Mam…oooh…” Tito terpejam.
“Kenapa? Anda telah lama menginginkan menyentuh kemaluan mami kan? Sentuhlah …kenapa jadi berhenti? Mami tidak geram kok…”
“Oh…Mami baik sekali…” tangan Tito mulai menggerayangi kemaluanku. Tangannya merasa makin gemetaran. Sesaat saya sendiri mulai asik mempermainkan penis anak tiriku yang semakin lama semakin jadi membesar serta menegang ini.
Kemaluanku jadi penuh dengan busa sabun. Batang kemaluan Tito juga. Serta Tito diam saja saat batang kemaluannya kutarik, lantas kuelus-eluskan ke belahan vaginaku. Wah…aku telah betul-betul horny. Serta tidak perduli sekali lagi penis siapa yang tengah kuelus-eluskan ke celah vaginaku ini.
“Punyamu telah tegang gini, To…” kataku sembari memikirkan enaknya bila penis Tito mengenjot liang kemaluanku, “Kamu telah sempat main sama cewek? ”
“Ma…main bagaimana, Mam? ” Tito terlihat sangsi menatapku.
“Bersetubuh…pernah? ”
“Belum Mam. ”
“Masa? ”
“Berani sumpah, belum juga sempat Mam…. ”
“Tapi ngocok sich sukai kan? ”
“I…iya Mam…. kok Mami dapat tau?! ”
“Tau lah. Mami juga tau anda sempat saksikan kemaluan mami saat mami masih tetap tidur kan? Ngaku saja selalu terang…. mami tidak geram kok. ”
“I…iya…tapi itu tidak berniat Mam…. ”
Saya tersenyum. Kukecup pipinya, lantas berbisik, “Ya udah…gak apa-apa. Mulai sejak waktu itu anda mikirin mami selalu kan? Jujur saja jawab. Mami sukai anak yang jujur. ”
“Iya Mam, ” Tito menunduk, “Mami cantik sekali…. aku…aku seringkali memikirkan mami. ”
“Tapi kita tidak bisa terlalu lama di kamar mandi ini. Kelak habis napas kita. Mending pulang saja yuk. Kelak kita teruskan dirumah saja. Tapi mesti hati-hati…jangan hingga ketahuan sama pembantu-pembantu. ”
“Iya Mam…tapi…. ”
“Kenapa? ”
“Di sini kan ada hotel…. ”
“Oh, iya ya…. anda telah tidak sabar ya? ”
Tito hanya nyengir malu-malu.
“Ya telah, kita check in di hotel sini saja. ”
Kubilas badanku dengan air panas, lantas kulap dengan handuk. Serta kukenakan sekali lagi bajuku. Tito juga lakukan hal yang sama.
Sebagian menit lalu saya serta Tito telah ada di kamar hotel yang masih tetap ada didalam kompleks pemandian air panas itu juga.
Sesudah menguncikan pintu kamar hotel, kupeluk pinggang Tito sembari berkata perlahan-lahan, “Kamu tidak nyangka semua ini akan berlangsung kan? ”
“Iya Mam, ” Tito membalas dengan pelukan di pinggangku, “Rasanya seperti mimpi…”
“Kamu telah miliki pacar? ” tanyaku sembari mengecup pipinya.
“Belum Mam. ”
“Kenapa? Umumnya anak SMA saat ini kelas satu juga telah miliki pacar…. ”
“Aku…aku…”
“Kenapa? Kok seperti takut-takut gitu ngomongnya? ”
“Aku telanjur kagum pada Mami…jadi tidak ada semangat buat deketin cewek di sekolah, Mam…” kata Tito bergetar.
Sembari tersenyum saya membisiki telinga Tito, “Malam ini mami juga akan jadi milikmu. Anda bisa lakukan apa sajakah pada mami. Tapi ingat…ini rahasia kita berdua ya. ”
“Iya Mam. Saya janji juga akan merahasiakan semuanya. ”
Saya tersenyum, lantas melepas baju kaus serta celana panjangku. Tito memandangku dengan sorot yang jauh lain dari pada umumnya. Saya tahu apa yang tengah berlangsung pada dianya. “Lepasin dong bajumu, ” kataku sembari duduk di tepi tempat tidur.
“Iya Mam, ” Tito mengangguk, lantas melepaskan celana jeans serta t-shirtnya. Tinggal celana dalam yang masih tetap menempel di badannya, sesaat saya juga telah melepaskan behaku.
Pandanganku tertumbuk ke arah celana dalam Tito. Terlihat terang, ada benjolan, ada yang mendorong dari balik celana dalam anak tiriku itu.
Dengan perasaan makin dikuasai nafsu, kutarik pergelangan tangan Tito, lantas kupeluk lehernya sembari berkata, “Kalau mami kasih apa yang sampai kini senantiasa anda pikirkan, apa yang pertama kalinya menginginkan anda kerjakan pada mami? ”
“Kalau saya berterus jelas, Mami geram tidak? ” Tito balik ajukan pertanyaan dengan nada agak tertahan.
“Nggak. ” saya menggeleng, “Apa yang begitu menginginkan anda kerjakan pertama kalinya? ”
“Aku…aku menginginkan menciumi bibir Mami…menciumi leher Mami…menciumi payudara Mami…. ”
“Cuma itu? ”
“Aku juga ingin…ingin menciumi serta menjilati kemaluan Mami…”
“Seperti di video yang seringkali anda saksikan? ”
“I…iya Mam…. tapi…Mami tidak geram kan? ”
“Nggak, ” saya menggeleng sekali lagi. Lantas mengecup bibir Tito dengan sepenuh gairah. Serta kataku, “Mami sayang kamu…. karenanya semua juga akan mami kasih…tapi mami minta semangat belajarmu mesti bertambah, janganlah demikian sebaliknya, ya. ”
“I…iya Mam…aku juga sayang Mami…. ” kata Tito tergagap, karna saya mulai menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya. Serta merasa batang kemaluannya yang dahsyat ini telah tegang sekali. Membuatku semakin dikuasai nafsu. Lantas saya tarik pinggang Tito serta mencapainya ke atas tempat tidur, sesaat tanganku tetaplah memegang penis tegang serta hangat ini.
Agar leluasa, kutanggalkan celana dalamku, lalu kusuruh Tito juga melepas celana dalamnya.
Dalam kondisi telah keduanya sama telanjang bulat ini, tidak ada sekali lagi rahasia diantara fisik kami. Lantas saya merebahkan diri, menelentang sembari tersenyum pada anak tiriku yang terlihat masih tetap begitu canggung itu. Serta kuraih tubuhnya ke atas dadaku sembari berkata, “Ayolah…katanya menginginkan mencium bibir mami. ”
Tito yang telah telungkup diatas dadaku spontan menjawab dengan aksi. Dengan ganas ia mencium bibirku serta kusambut dengan lumatan serta pelukan bergairah.
Serta penis Tito yang telah tegang itu merasa melekat ke kemaluanku. Ini membuatku bergairah untuk memegangnya. Aah…benar-benar dahsyat batang kemaluan anak tiriku ini. Buat napsuku semakin menggila. Rasa-rasanya ini penis yang begitu aduhai. Panjang besar, ereksinya juga prima. Betul-betul keras, tidak seperti penis ayahnya. Maklum ayahnya telah tua, sesaat Tito masih tetap begitu muda.
Serta saya tidak sabar sekali lagi. Saya menginginkan selekasnya nikmati gesekan penis yang prima ereksinya ini.
Jadi diam-diam kutarik penis Tito, hingga agak membenam ke liang vaginaku yang telah membasah ini. Lantas kataku, “Kalau ingin ngemut vegy mami kelak saja dirumah ya. Agar anda dapat sepuasnya menjilati vegy mami. Saat ini dorong saja penisnya To…. agar masuk…”
“I…iya Mam…. ” sahut Tito dengan napas memburu. Lantas merasa batang kemaluan aduhai itu menekan kuat kedalam liang vaginaku yang telah licin oleh lendir birahiku ini.
“Ooooh…sudah masuk sedikit To…. iiiiyaaaa…. dorong lagi…. ooooh……” desahku sembari memeluk leher anak tiriku. Betul-betul mantap…. batang kemaluan yang begitu tegang serta gagah ini telah masuk setengahnya. Buat desir birahiku semakin menggila. Bukanlah main rasanya…baru dibenamkan separuh saja telah menyebabkan nikmat yang begini dahsyatnya…
Spontan saja pahaku buka selebar-lebarnya, seakan mengatakan selamat datang buat sebentuk penis perkasa yang siap memuasi keinginan birahiku.
“Iya…ayun dikit-dikit…” bisikku.
“Ayun? ” Tito terlihat bingung.
“Iya…entotin dikit-dikit…nanti lama-lama juga masuk semua…” bisikku sembari memeluk pinggang Tito.
“I…iya Mam…” sahutnya sembari lakukan perintahku. Awalannya seperti bebrapa sangsi menggerak-gerakkan penisnya. Tapi pada akhirnya ia mulai mengayun penisnya dengan benar. Maju mundur, maju mundur, maju mundur…dan semakin lama penisnya semakin dalam membenam kedalam liang kemaluanku.
Disusul dengan nada Tito yang tersendat-sendat serta bergetar, “Duuuh…Maaaam…. duuuuuuh…. enak banget Mam…. ”
Agen Judi Online Terpercaya
Kusambut dengan pelukan erat di pinggang Tito, dengan kecupan-kecupan penuh nafsu di pipinya, di bibirnya…aaah…. tahukah dia kalau sesungguhnya saya juga tengah rasakan satu kesenangan yang mengagumkan sekarang ini?
Tetapi sayangnya, baru sebentar Tito mengayun penisnya, mendadak ia menahan napasnya, lantas mendengus…dan merasa penisnya menyemprot-nyemprotkan cairan hangatnya. Aaah…dia telah ejakulasi. Walau sebenarnya saya belum juga apa-apa.
Tapi saya menyadarinya. Yah, maklum ia belum juga memiliki pengalaman. Serta mungkin saja barusan ia sangat bernafsu, hingga tidak kuasa mengontrol diri sekali lagi. Biarlah…aku percaya ia dapat secara cepat dibangkitkan sekali lagi.
Saya tidak ingin memprotes dengan ejakulasi prematurnya Tito. Takut kelak jadi beban negatif baginya. Tapi saya belum juga senang. Barusan baru pemanasan serta belum juga menjangkau orgasme 1x juga. Jadi lewat cara yang terlatih, kugenggam penis Tito serta kuremas-remas dengan lembut. Kadang-kadang kuelus moncongnya…mulai menegang sekali lagi sedikit untuk sedikit. Sesungguhnya saya menginginkan mengulum serta menyelomotinya. Tapi saya takut berkesan seperti wanita nakal. Terlebih karna cowok yang tengah bersamaku ini yaitu anak tiriku sendiri.
Lagian cowok seremaja Tito tidak butuh “terapi” yang sangat ekstrim. Dengan elusan serta remasan juga telah tegang sekali lagi.
“Barusan cepat sekali ya Mam, ” kata Tito saat kudorong dadanya hingga terlentang. Serta saya berjongkok dengan kaki di kanan-kiri pinggul Tito.
“Biasa…yang pertama mah umumnya demikian. Tapi kan kita dapat teruskan ke ronde ke-2, ke-3 dan sebagainya, ” sahutku sembari tersenyum. Sesaat tanganku memegang penis Tito yang telah ngaceng berat, moncongnya kuarahkan ke mulut vaginaku.
Tito diam saja. Saya juga turunkan pantatku, hingga penis Tito mulai tenggelam sekali lagi didalam liang kewanitaanku.
Saat ini saya yang aktif, menaik turunkan pinggulku, hingga kesenangan juga kurasakan sekali lagi, kesenangan pergeseran penis Tito dengan dinding liang kewanitaanku. Tapi saya tidak ingin aktif sembari jongkok begini. Lantas saya menjatuhkan dadaku ke atas dada Tito serta meneruskan pergerakan vaginaku sembari merangkul leher anak tiriku yang tampan ini.
Tito terlihat keenakan dengan aktivitasku. Bahkan juga ia mulai aktif juga. Pada saat vaginaku maju, ia juga menekankan penis gagahnya. Serta pada saat vaginaku mundur, ia juga menarik penisnya. Aaaah…tak kusangka juga akan alami semua ini. Suatu hal yang indah sekali, yang susah kudapatkan dari suamiku.
Saat bibirku bersentuhan dengan bibir Tito, reaksinya juga spontan. Ia bahkan juga melumat bibirku dengan mesranya. Sesaat ke-2 tangannya melingkar di pinggangku, memelukku dengan erat serta mesranya.
Kesempatan ini Tito mulai merasa kuat. Telah 1/2 zaman saya mengayun vaginaku diatas perutnya, belum tampak sinyal tanda ia ingin ngecrot. Jadi keringatku mulai membasahi leher serta pipiku.
“Duuuh…. gantian anda yang diatas sekali lagi ya, ” kataku sembari menggulingkan badan ke samping serta berupaya supaya penis Tito jangan pernah lepas dari jepitan vaginaku.
“Ayo…sekarang anda yang genjot sekali lagi, ” kataku sesudah saya terlentang serta Tito ada diatas dadaku.
“Iya Mam…” sahut Tito dengan penuh semangat.
Tito telah mulai lancar menggauliku. Batang kemaluannya mulai mantap memompa liang kewanitaanku. Saya juga berniat melebarkan ke-2 pahaku selebar mungkin saja, agar batang kemaluan Tito dapat membenam sedalam mungkin saja. Bahkan juga merasa berulang-kali moncong penisnya menyundul-nyundul mulut rahimku. Ini membuatku terpejam-pejam dalam nikmat, membuatku tidak ada hentinya merintih-rintih lirih sembari meremas-remas rambut anak tiriku yang tampan ini.
Selang beberapa saat saya terasa juga akan menjangkau titik orgasme. Lantas kubisiki telinga Tito, “Cepetin pergerakannya…. iya…. iya…nah gitu…. Mami ingin nyampe nih…. ayo…enjot selalu sayang…Tito…oooh…. Mami sayang sama anda, Titooo….. ooooh…ooooooh…. ”
Pada akhirnya sekujur badanku mengejang. Saya menahan napas sembari menggeliat. Dan…. oooh…akhirnya saya menjangkau puncak kenikmatanku…. yang buat liang kewanitaanku mengedut-ngedut, lantas basah dengan lendir kenikmatanku.
Tito masih tetap asik mengayun batang kemaluannya, bermaju-mundur didalam liang kewanitaanku yang telah menjangkau kenikmatan. Kubiarkan saja dia aktif sendiri, sembari menghayati kesenangan yang barusan kurasakan.
Tapi sebagian menit lalu gairahku naik-turun sekali lagi. Saya seperti berpacu dengan saat, menginginkan rasakan orgasme yang ke-2. Sampai kini apa yang kunikmati dengan Tito ini yaitu suatu hal yang langka dalam hidupku.
Jadi saat Tito tengah lancar-lancarnya mengayun penisnya, saya juga mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dengan pergerakan yang meliuk-liuk serta menghentak-hentak. Dengan sendirinya liang kewanitaanku seperti memilin-milin serta membesot-besot batang kemaluan anak tiriku. Sedang saya sendiri mempunyai tujuan supaya clitorisku dapat bergesekan dengan kejantanan Tito. Serta ini sangat nikmat rasa-rasanya. Keringat Tito juga makin bercucuran bergalau dengan keringatku.
Belasan menit lalu kurasakan seperti ingin orgasme sekali lagi. Jadi dengan terengah kuminta Tito percepat pergerakan penisnya, “Biar kita dapat meletus bareng-bareng…. tentu enak banget, ” kataku.
Lantas kami seperti sepasang manusia kesurupan. Sama-sama cengkram. Sama-sama lumat bibir. Hingga pada akhirnya Tito merintih, “Aduh…Maaam…. sepertinya ingin ngecrot nih…. ”
“Iya sayang…” sahutku tersengal juga sembari mempergila goyangan pinggulku, karna saya tidak ingin hingga terlambat menjangkau orgasme.
Lalu…. Tito menekankan batang kemaluannya hingga merasa mendorong ujung liang kewanitaanku. Serta waktu tersebut kami menggelepar berbarengan, menahan napas bersamaan…. lalu keduanya sama mendengus…meledak di puncak kesenangan yang tidak ada taranya.
O, puasnya aku….
Saat kenakan kembali bajuku, Tito juga keluar dari kamar mandi dalam kondisi telah kenakan pakaian lengkap. Dengan mesra kupeluk anak tiriku serta kutanya perlahan-lahan, “Enak? ”
Malu-malu Tito menyahut lugu, “Sangat-sangat enak, Mam…. ”
Jadi kucium bibirnya mesra. Kataku, “Nanti dirumah bila masih tetap ingin, Mami kasih. ”
“Bener Mam? ” ia tersenyum ceria.
“Iya sayang, ingin berapakah kali juga Mami kasih. Saat ini kita pulang dahulu yuk. Bahaya tempat tinggal ditinggalin kosong malem-malem gini. ”
Tito mengangguk serta mencapai kunci mobil dari meja kecil. Dalam perjalanan pulang, saat Tito nyetir di dalam gelapnya malam, situasi perasaanku jadi jauh berlainan dengan terlebih dulu. Tanganku tidak ada bosannya mengelus pahanya yang telah tertutupi celana jeans. Bahkan juga kadang-kadang kukecup pipinya dengan mesra.
Serta hari telah lewat larut malam saat kami tiba dirumah. Badanku terasanya dilolosi, lunglai sekujur-kujur. Tapi setibanya didalam kamar, saya segera masuk ke kamar mandi. Melepaskan semua busanaku serta memutar handle shower air panas.
Semestinya lewat larut malam gini tidak bisa mandi. Tapi biarkanlah. Saya telah punya kebiasaan mandi setiap saat, terlebih bila terasa butuh bersihkan badanku. Lagian mandi dengan air panas begini, rasa-rasanya enak-enak saja.
Saya tidak sering berendam di bathtube, karna terasa lebih bersih bila mandi sembari berdiri begini. Sekujur badanku kusabuni. Kemaluanku juga kusabuni lantas kusemprot dengan air hangat. Sesudah terasa bersih semua kuhanduki hingga kering. Lantas kuambil kimono bersih dari almari kaca kamar mandi.
Kukenakan kimono sutra putih itu tanpa ada kenakan celana dalam.
Saat keluar dari kamarku, terlihat Tito tengah duduk di sofa ruangan keluarga sembari nonton sepakbola di tv. Dia memanglah pecandu sepakbola, terutama liga Inggris.
“Belum ngantuk? ” tanyaku sembari duduk di Tito yang telah kenakan piyama coklat bergaris-garis putih.
“Belum Mam, ” sahutnya sembari menatapku sebentar dengan senyum manis. Memanglah manis senyum anak tiriku itu, “Sekarang kan malam Minggu…. hari Senin libur pula…”
“So? ” kurapatkan dudukku ke sebelahnya, lantas kugigit daun telinganya perlahan-lahan, sembari melepas ikatan tali komonoku.
“Ja…jadi dapat begadang…. ” sahutnya tergagap. Mungkin saja karna ia baru mengerti kalau saya tidak kenakan beha serta celana dalam. Bahkan juga dengan berniat kusembulkan sepasang payudaraku.
“Payudara Mami bagus sekali…masih kencang banget, ” desisnya sembari meraba payudaraku dengan tangan yang merasa gemetaran.
“Ya iyalah…. Mami kan belum juga sempat menyusui anak…. saat ini kamulah yang pertama netek ke Mami, ” sahutku sembari mencapai kepalanya, mengarahkan mulutnya ke payudara kiriku.
Tanpa ada menanti komando sekali lagi Tito mengulum pentil payudara kiriku. Serta merasa menyedot-nyedot seperti bayi netek.
“Elus-elus pentilnya dengan ujung lidahmu, sayang, ” kataku sembari menyelinapkan tangan ke lingkaran karet celana piyamanya. Wow…. nyatanya penis Tito telah ngaceng sekali lagi!
Tito ikuti perintahku. Sembari menyedot pentil buah dadaku, ia menjilatinya juga. Tentu membuatku horny sekali lagi. Sesaat saya juga asik meremas-remas batang kemaluannya dengan casra yang telah terlatih (karna saya telah punya kebiasaan mesti merangsang suamiku setiap saat saya menginginkan digaulinya).
Tidak lama kemudian, “Katanya ingin jilatin miliki Mami…. saat ini masih tetap kepengen? ” kataku sembari melebarkan kimonoku, melebarkan sepasang pahaku…. hingga kemaluanku seakan menantang Tito untuk diperlakukan sekehendak hatinya. Narasi Seks 2015
“Boleh Mam? ” Tito berjongkok diatas karpet, menghadap ke arah kemaluanku.
“Boleh sayang. Saat ini Mami kan telah anda punyai. Kerjakanlah apapun yang anda mau…. ”
Tito terlihat semangat sekali. Ia berlutut di karpet, diantara ke-2 belah pahaku yang kurentangkan selebar mungkin saja. Dengan hati-hati ia menyibakkan bulu kemaluanku yang menutupi celah vaginaku. Lantas kusentuhkan ujung telunjukku ke clitorisku sembari berikan panduan, “Ini yang perlu seringkali anda jilati ya…. tapi janganlah kasar, karna clitoris ini sisi paling peka…. ”
Tito mengangguk. “Yang yang lain bisa dijilati tidak? ”
“Sesukamu jilati sisi mana pun…. agar variasi…. tapi yang seringkali mesti dijilati ya clitorisnya itu. Anda kan seringkali nonton bokep…. masa belum juga ngerti juga. ”
“Heheheee…iya Mam. Jembut Mami lebat sekali, ” kata Tito sembari tempelkan mulutnya ke vaginaku.
“Iya…maunya sich dicukur hingga bersih, tapi Papi melarang…. ”
“Emang iya Mam…. janganlah dicukur…. gondrong gini jadi merangsang banget. ”
“Ayah serta anak sama seleranya, ” kataku sembari tersenyum.
Dan…aaah…. Tito mulai menjilati kemaluanku…. dari celahnya hingga ke clitorisku. Saya juga menyandar di sofa dengan mata terpejam. Dalam nikmat.
Dengan sedikit panduan dariku, Tito mulai pintar menjilati kemaluanku. Mulai rajin menyedot clitorisku serta menjilatinya dengan penuh semangat.
Sesungguhnya suamiku juga seringkali menjilati kemaluanku. Tapi rasa-rasanya tambah lebih enak jilatan Tito. Hilang ingatan. Mengapa begini ya? Entahlah. Mungkin saja ini yang dimaksud SII…. selingkuh itu indah. Terlebih-lebih selingkuh dengan anak tiriku sendiri.
“Cukup dahulu sayang. Kelak memek mami keburu becek, ” kataku sembari mengangkat kepala Tito. Lantas kuminta Tito melepas bajunya serta duduk di sofa. Sesudah Tito telanjang, saya juga melepaskan kimonoku, lalu duduk diatas pangkuan anak tiriku, sembari memegang batang kemaluannya waktu lalu dengan gampang berhasil kumasukkan kedalam liang kenikmatanku.
Dalam tempat begini saya yang aktif menggerak-gerakkan vaginaku membesot-besot penis Tito sembari memeluk lehernya. Tito juga memeluk pinggangku erat-erat sembari menggerak-gerakkan penisnya dengan juga arah yang berlawanan dengan pergerakan vaginaku. Saat vaginaku maju, ia menekankan penisnya, sesaat bila vaginaku mundur ia juga menarik penisnya. Wow…. nikmatnya bukanlah main!
Tito sermakin pintar mengerjakannya. Saat senggama tempat duduk bertemu itu berlangsung, tangannya juga mulai aktif. Kadang-kadang meremas buah pantatku, kadang-kadang meremas payudaraku. Serta saat kuciumi bibirnya, ia juga melumat bibirku dengan penuh kehangatan.
O Tito anak tiriku terkasih!
Baca Juga : Cerita Dewasa Ngentot Dengan Mbak Yuli Waktu Numpang Tidur Dirumahnya
Dinihari itu banyak tempat yang kami kerjakan. Bukan hanya tempat duduk diatas sofa. Supaya Tito mengenalinya satu persatu. Di satu waktu saya merangkak diatas karpet, Tito kusuruh memasukkan penisnya dari belakang, dalam tempat doggy model itu kami teruskan persetubuhan kami. Sesudah akuj orgasme serta Tito 2 x ejakulasi, kuajak ia tidur di kamarku. Tapi didalam kamarku, Tito telah bernafsu sekali lagi. Jadi kuijinkan ia menyetubuhiku dalam tempat classic saja, karna sebenarnya saya mulai letih serta ngantuk. Karna fajar juga mulai menyingsing.
Ke-2 pembantuku, Inah serta Wati terdengar telah datang. Mereka umum membawa kunci pintu pavilyun, agar dapat masuk tanpa ada membangunkanku bila masih tetap tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.